Malam,
sebuah masa di mana setiap insan kembali
ke istana mereka. Merebahkan diri duduk di sofa yang empuk sembari
menggendutkan perut nonton sinetron dengan kacang rebus di genggaman tangan
kiri mereka, atau mungkin cukup mengakhiri hari di alas tidur yang empuk untuk
bermimpi indah. Seluruh pompa darah andrenalin berkurang menuju zona gelombang yang
rendah mengurangi fluktuasi yang labil. Insan beristirahat merenggangkan
syaraf- syaraf tegang mereka. Melupakan kejadian buruk tadi siang, atau cukup
mengenang keindahannya dalam mimpi panjang.
Mereka, tak lebih bagai
perkutut yang terlalu nyaman hidup di dalam sangkar. Begitu nyaman dengan
suapan- suapan takdir. Terpejam, terbelalak dengan sistematika kehidupan yang
serupa. Tidak sadar bahwa mereka terkurung di dalam kotak normalitas. Mereka
hanyalah mendekam di dalam sangkar. Lupa bahwa hidup mereka berada pada pola
pikir yang sempit. Lupa, bahwa mereka tidak kemana- mana, hanyalah menjadi
budak dari stir- stir kebijaksanaan yang terpola dalam long term memory mereka.
Mereka terpenjara!
Lahir dari realita ini, yang
begitu sempit, begitu apatis. Ku bebaskan diri keluar kotak, mencuri kunci dan
kabur merdeka. Menghirup sejuknya kebebasan. Kini, digenggaman kedua tanganku
ini. Butiran- butiran ide perubahan kugenggam erat- erat.Kuangkat kaki kananku,
kulangkahkan kaki pada langkah pertama. Ku tersenyum dan kuangkat tangan
kananku dalam genggaman. Sebuah klausa “REVOLUSI!” kukatakan dengan sangat…
sangaaat… sannngaaaaattt pasti. KuKATAKAN Klausa iTU dengan SEMANGAT 45! “ INI…
IBUUU…. BUUDIIII!” Eiiiiiiiiiiiitsss..?