Minggu, 03 Februari 2013
The Little Crazy Thing Called "Panorama" (dari catetan fb)
Kuajak seluruh tubuhku bergerak dan kulangkahkan kaki kiri kananku mengitari secuil dunia.Kuajak otot otot ligamen, tendon dan tulang rawanku menari- nari agar tetap tegap walau uban mengguras citra diri. Kutranformasikan oksigen dan karbondioksida cepat- cepat, agar sentuhan udaranya membantu jantung memompa aliran darah ke seluruh tubuhku untuk merontokan tubuh berkilo lemak ini.
Keseimbangan yang kurasakan, langkah kaki kiri disusul kaki kanan berharmoni, menyeimbangkan trias fikiran yang lama timpang. Id,ego,super ego yang selalu berseteru secara perlahan seakan belajar, bahwa sempurna bukan menjadi ekstreem.Sempurna bisa jadi tengah, seimbang,dan linier positif. Sempurna adalah bagaimana nafsu dan idealis diri saling bertoleransi dan melengkapi antara satu dengan yang lainnya.
Jalan setapak yang kulintasi ini. Terbalut tanah basah merah coklat, berhiaskan jejak- jejak manusia bekas melintas. 2 barisan beringin kiri dan kanan yang bertengger ke arah dalam jalan. Seolah menjadi pagar bagus dan pagar ayu ku melangkah, yang ranting- ranting nya bagaikan membentuk lekukan tangan menyambutku melintasi jalanan yang kulewati ini.
Di ujung jalan, langkahku terhenti. Kini sang mata berfungsi sangat berarti. CahayaNya menusuk masuk melintasi retina, disesuaikan pupil dan iris, difokuskan lensa.Hingga cahaya itu terkocok diotak, informasinya menghasilkan sebutir jawaban. Indah!
Matahari. bola yang begitu mega. Poros dari puluhan planet. Tercipta dari perpaduan antara hidrogen dan helium. Sumber energi yang sangat panas, apapun yang menyentuhnya menjadi hangus, hingga 'abu'pun harus hangus tergerus. Namun,matahari. Kulihat berbeda dari sini. Bolanya laksana intan merah yang menyala redup, memancarkan cahaya oranye yang bergradasi kuning. Menciptakan bayangan siluet dari objek penghalangnya. Jika ibarat rasa, perpaduan ini bagaikan gesekan biola Kenny G, yang gelombang suaranya meludah ke dalam telingaku. Setengah lendir ludahnya membasahi telinga, dan setengahnya lagi masuk melewati gendang telinga menuju pusat otak kanan merasuki sang rasa. Bahwa itu adalah Senja, dan itu Indah!
Sawah. Alas tanah basah. Lumpur- lumpur yang kotor, tempat komunitas para kodok, cacing, ular sawah, jangkrik, capung dan serangga- serangga menjijikan. Campuran tahi- tahi hewan kandang yang kenyal. Namun, berbeda kulihat. Hamparan padi yang menempel bersama lumpur berikut komunitasnya itu, bershaf- shaf membentuk barisan yang rapih. Warnanya yang hijau seragam sembari menanti kuning menunggu matangnya panen, laksana permadani hijau berbulu lembut. Beserta segerombolan angin sore yang membelai belai mereka, seperti keselarasan tarian. Ingin ku katakan, ini adalah lukisan naturalistik. Namun aku tidak hanya memandangnya,aku bisa merasakan keberadaannya. Aku bisa berdiri di tengah- tengah, dan menyentuhnya. Ini adalah Indah!
Duduk aku di salah satu beringin yang bertengger itu. Merebahkan tubuhku. Kutengokkan wajahku ke kiri. Kuciptakan seorang gadis imajiner untukku berbincang. Tubuh berisi dan wajah lucunya tersenyum padaku.Mendekat tubuhnya kearahku. Terjadilah perbincangan antara kita berdua.
Kembali kulihat pemandangan senja dan sawah itu. Diapun bertanya,"hei, apa yang kamu lakukan kawan? Wajahmu tampak serius." Di tanyanya dengan raut wajah keheranan.
Ku jawab,"Tidak juga. aku hanya menikmati pemandangan."
Raut wajah yang lucu itu tampak semakin 'wagu' setelah tengger leher dan wajahnya menghadap miring seolah ingin membaca raut wajahku ,"memangnya apa yang kau fikirkan? Apakah ambisi? Materi? Kedudukan?"
Ku jawab,"bukan hal yang biasa kita bicarakan. Aku hanya tidak berfikiran demikian."
Ditarik wajahnya sedikit menjauh dariku.Telunjuk tangan kanannya menggaruk garuk keningnya,"Memang apa yang kau fikirkan kawan?"
Ku jawab,"aku hanya ingin sedang 'bersyukur'."
"So?" diangkat kedua tangannya meminta kejelasan.
"Ya.
Badai matahari itu begitu mengerikan.
Namun mengapa senja ini begitu indah.
Padahal keduanya berasal dari energi yang serupa.
Tanah itu begitu kotor.
Namun mengapa padinya begitu enak.
Padahal keduanya berasal dari rotasi yang serupa.
Lalu,mengapa, mengapa jika senja dan sawah itu digabungkan.
Membentuk warna orange bergradasi kuning.Dibalut permata merah.Yang disertai dengan hamparan permadani hijau menari-menari.Mengapa semua begitu indah?
Tanpa peduli, seberapa mengerikannya badai matahari dipadu dengan tanah lumpur yang menjijikan.
So,Mengapa semuanya begitu indah?
Bila dilihat secara holistik.
Aku bukan orang yang pandai bermusik, aku gak bisa bermain gitar di depan senja dan sawah ini.
Aku bukan orang yang pandai berpolitik, aku gak bisa berdiplomasi betapa sawah ladang ini pantas aku beli.
Aku bukan orang yang kekar, aku gak bisa menunjukan otot kekarku menyangkul sawah ladang ini.
Aku bukan orang yang pintar, aku gak bisa berhitung betapa berharganya sawah ini aku manfaatkan.
Dan jujur,aku belum menjadi ahli agama, aku masih kurang memahami rahasia kebesaran Tuhan ciptakan senja dan sawah ini.
Tapi setidaknya, aku peduli,aku peduli bahwa senja dan sawah ini begitu 'indah' walau sesungguhnya aku gak bisa merincinya satu- satu.
Dan akupun bersyukur.Tuhan pertemukan aku dengan pemandangan ini."
GUA 28-3-2012
catetan fb jaman dulu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
mantap ..
BalasHapusnice artikel nih :)
kunjungan baliknya ya :)
http://ramadhanakurnia.blogspot.com/
.. wachhhhh,, udah setaun kurank ya?!? he..86x ..
BalasHapusbagus sekali bahasanya.
BalasHapuspeluangnya besar nih buat jadi juara cerpen.
:)
@Ramadhana : siap bro..
BalasHapus@Vpie : iya buat ngisi blog, week :p
@adihasdian : wah, gak mungkin :D
.. emanknya berapa hari sekali bikin posting?!? ..
BalasHapusjarang publish sih gak tentu..kayak sarapan aja teratur.ixixi
Hapus