Obrolan Bar
Segmen (4 Pria
Reuni) “Chapter 1 : Rokok”
Aku duduk di antara teman- temanku
saat ini. Di sebuah bar untuk melepas lelah setelah mengarungi nafkah siang
hari. Sebuah bar kecil di pinggir kota dengan suasana etnik Jawa yang kental.
Lampu- lampu remang menghiasi ruangan seolah menciptakan kesan romantisme
malam. Pelayan- pelayan sesekali lalu lalang dengan pakaian kaos hitam berkerah
hitam bergaris putih, lengkap dengan logo “Romansa Bar” yang tersablon di depan
dada mereka. Setelan celana jeans hitam panjang dengan ikat pinggang putih
serta sepasang sepatu kets putih. Huff, pelayan laki- laki itu menjadi tampak
bidang dengan setelan seragamnya, namun yang asyik pelayan wanitanya jadi
terlihat seksi walau masih terkesan terlalu sopan. It’s okay buatku karena bar
ini hanyalah seperti coffee shop sederhana. Jika anda ingin merasakan nikmatnya
menyeruput kopi, tempat ini begitu nyaman untuk dikunjungi bersama teman-
teman. Apalagi di sudut selatan bar ini sosok perempuan manis ber-rok mini
dengan kaos ketat merahnya mulai mengalunkan sebuah lagu bersama band
akustiknya. Kudengar gitarisnya mulai memetikan melodi “Kangen” dari Dewa 19
dan tak lama kemudian suara merdu perempuan manis itu seperti maut yang
mencabut kesadaranku menuju desah- desah kerinduan akan masa- masa SMA.
Kerinduan, heum. Adalah aku dan
teman- teman SMAku saat ini yang porak poranda tertawa mengumbar nafsu
kerinduan setelah 7 tahun lamanya tidak berjumpa. Pertama kali mungkin kami
sedikit canggung, namun manisnya kopi yang hangat ini temani kami melumerkan
kebekuan setelah sekian lama tak bertemu. Sibuk dengan masing- masing kegiatan
membuat kami terkungkung dalam kekolotan. Pekerjaan yang kami lakukan seolah
memutuskan komunikasi menciptakan kelupaan akan hadirnya sahabat sejati masa
kami muda dulu. Hingga facebook tercipta, akhirnya jalinan silaturami itu
terjalin kembali. Mungkin, masing- masing dari kami tidak tahu perubahaan apa
yang terjadi selama 7 tahun berpisah. Tak apalah, dengan bermodalkan teknologi
facebook kuciptakan reunian di bar ini. Hingga malam ini, kulihat satu persatu
teman- teman baikku yang terasa semakin tua saja. Canda tawa menghiasi malam
yang panjang ini.
“Wihii, hei nyet! Maap sob
telat, macet banget tadi dijalan. Ngomong- ngomong, 7 tahun gak ketemu tambah
jelek aja wajah kalian.” Kehadiran Tomo melengkapi reuni persahabatan
kami. Silat lidah dari sosok sahabatku yang hobinya mencibir itu mulai
melumerkan suasana. Di meja bunda ini yang terplitur kayu. Di atasnya lengkap
dengan 3 buah cangkir kopi yang sudah kami nikmati, melihat kenikmatan tersebut
Tomo pun langsung memesan secangkir Machiatto.
Seperti sifatnya, Machiatto merupakan
kopi hitam ditambah susu putih yang manis, namun tetap saja rasa pahitnya kopi
terasa dominan. Di sisi lain meja yang kami tempati terdapat asbak berbentuk
tengkorak dan terlihat tata letak benda- benda di atas meja yang berantakan
justru ciptakan kesan akrab di antara kita. Sama halnya sapaan Tomo yang super
berantakan itu justru akrabkan suasana kita. Tomo pria berantakan dengan mulut
berantakan. Pipinya yang penuh jerawat dengan rambut acak kadut berhamburan.
Hidungnya membuat kami termotivasi layaknya sosok Ikal di Laskar Pelangi. Bukan
karena semangatnya, namun tekstur hidungnya yang besar seperti Ikal yang
jongkok bersiap buang hajat membuat kami termotivasi untuk membalas cibiran
yang lebih ekstrim lagi.
“Hey,Hi-Pat!(Hidung Pantat) 7
tahun tak berjumpa rupanya bahasamu belum disekolahin ya. strata sosialmu masih
sekelas babu saja. Melacur dimana saja kau selama ini. hehe” Riko membalas cibiran Hi- Pat
dengan tenang. Riko, dialah sosok jenius di antara kita. Juara number one di
sekolah kami. Sebenarnya di antara kita dia adalah sosok yang paling introvert, setidaknya kacamatanya yang
tebal menunjukan dia lebih asyik mencari informasi dengan benda- benda mati
berlayar dibanding sesuatu yang hidup. Namun, benda mati bukan berarti mencari
sesuatu yang mati. Dia mencari sesuatu yang sangat hidup. Tidak panjang lebar
aku eksplorasikan. Biar Maria Ozawa saja yang memberi testimonial, betapa Riko
penggemar setianya dulu, sekarang dan selamanya. Riko tetap bersandar dengan kedua
tangannya yang disilangkan ke belakang kepala, senyuman kecilnya mewakili kepuasannya
dalam memberi strike back perkataan
Tomo sang Hi-Pat dan nampaknya dia begitu bergairah mendengar alunan lagu dari
wanita berbaju merah itu.
“Haha Rijek (Rico. Jenius.
Kolor) membalas, touchdown untuk Rijek. Haha cibiran macam ini yang aku
rindukan bersama kalian. Manusia tak kan bisa hidup selamanya, namun ucapan-
ucapan kotor kitalah yang seharusnya membuat kita hidup selamanya. Politics is
about strategy baby. Speaking dirty and world got the special meaning. Aku
cinta retorika.”
Heuff. Soleh, tiga hal yang dapat kugali dari dirinya. Politik, Bisnis, dan
Filosofis. Tiga hal itu terlihat keren, namun bukan terlihat demikian kerennya.
Setidaknya tubuhnya yang kurus menunjukan bahwa dia seolah- olah pantas menjadi
seorang pemikir- pemikir kelas berat. Bagi kami, tubuhnya yang kurus bagaikan
tulang kering yang kehausan untuk mengenyangkan perutnya yang tak pernah
gendut. Begitulah fakta sisi lain dari perjuangan politik, bisnis, dan
filosofis di negeri ini. Perkataannya yang luar biasa besarnya tak sesuai
dengan perutnya yang luar biasa kecilnya. Kasihan, orang tua yang terlalu
tenggelam oleh bualannya itu. Apapun itu, dia sahabat kami.
Lalu, siapa aku? Akupun membuka ucapan pertemuan reuni
ini, “Yiah selamat datang Hi-pat yang
telat, Rinyet.. upps Riject, dan pastinya kawan tersohor kita Mr. Sotoy. Dasar
kutu- kutu sombong sekali 7 tahun gak pernah komunikasi. Kalau bukan aku yang
inisiatif mungkin aku akan mengunjungi kalian saat Yasinan. Untung aja aku bisa
menikmati wajah kalian bersama gadis manis berbaju merah itu.”
“Tua- tua gak
pinter juga kau Tong.. Kita kan semua tau diri semenjak ritual perpisahan kita,
kita berjalan masing- masing. Pria- pria tampan macam kita kan laku pastinya di
negeri ini. Life must go on baby.. Persahabatan SMA kita memang sangat
pragmatis.” Mr. Sotoy langsung menanggapi pernyataanku dengan gayanya yang
berlagak bijak. Selalu saja aku dipojokan layaknya orang yang kurang memakan
asam garam kehidupan. Beginilah aku, nasib seorang pria yang dianggap paling
lugu diantara persahabatan ini. Aku adalah lelaki botak dengan kumis tipis yang
teksturnya seperti batang pohon pisang yang dirobohkan. Di antara kami memang
tubuhku paling sixpact karena wajar
saja. Program- program fitnes yang selalu aku jalani bersama ayah angkatku
membuatku seperti Dwayne Johnson saat beraksi setangguh The Rock, hehe. Sayang
saja ketiga teman sialan ini sering mengerjaiku hingga panggilan “Si Otong”
harus aku miliki. Oh ya, sebelumnya nama asliku adalah Arjuna. Gadis- gadis
tentunya tertarik padaku berkat tampang, otot dan tentunya namaku. Sayang saja hati
ini belum terbuka kepada mereka.
“Adik kecil unyu-
unyu ini khan bermaksud baik. Memang herkules ini paling alim di antara kita.
Tidak seperti kau Sotoy. Namanya sih Soleh. Fikirannya individualis. Hehe.” Cibiran
Hi-Pat mendukungku. Menanggapi cibirannya semuanya tertawa terbahak- bahak.
Setidaknya wajahnya Hi-Pat yang selalu lucu dengan hidungnya yang overload membantu kami terjebak dalam
bualan terkasarnya. Di samping kiri
Hi-Pat, Riject yang paling cepat
mengakhiri tawanya. Dikeluarkan sebatang
Dunhill Mild Putih dari kantong
kemejanya. Belum sempat ujung filter dinikmati Riject, langsung saja Hi-Pat
berpendapat,”Wih. Mewah juga dia dengan
rokok putih Amerika itu. Kelihatan berkelas dengan otak yang berkelas.” Hi-Pat
pun langsung mengeluarkan Dji Sam Soe 99 bercover logam dari dalam kantung
celananya hingga tak lama kemudian dihembuskan asap rokoknya.
“Ah cerewet kau
Pat. Aku yakin sebentar lagi Mr. Sotoy langsung bicara mengenai nasionalisme.” Dengan
suara yang meyakinkan, bibir sebelah kiri Riject dinaikan sedikit.
“Waduh nyindir aku nih! Jangan
begitu dong. Nasionalisme adalah wajib! Kita negeri rempah- rempah penghasil cengkeh
terbaik dunia. Export bro.. Membantu petani tembakau dan cengkeh hidup, agar
masyarakat urban kayak kita juga hidup. Hahaha..” Mr. Sotoy yang duduk di samping kiriku
langsung saja berkilah dengan dua tangannya yang terbuka menyambut.
“Haha..Perkiraan
jadi kenyataan! Sembah sujudku kepada Lucky Strike. Tetua Dunhill” Akupun
akhirnya bersuara.
“Benar kataku,
mulai membual dengan cover nasionalisme dia.” Tanggap Riject. “Yang kaya ya yang punya saham. Para petani
tetap menjadi petani. Masyarakat urban seperti kita, tetap kecanduan. Dibanding
kretek dengan rasa cengkeh yang membuat tenggorokanku semakin enek. Lebih baik
kunikmati rasa Amerika ini dengan potongan tembakau terbaik. Kalau mau coba,
rasanya lebih ringan dibanding Sampoerna Mild.”
“Sombong kali kau..
Terakhir bertemu hanya rumus kimia saja di otakmu.Sekarang pandai berkilah
mengenai rokok. Setidaknya ya bro.. Sebatang kehidupan bercengkeh itu
menghidupkan petani ditempatku, Kudus.” Mr.Sotoy tak mau kalah.
Akhirnya akupun menanggapi dengan pernyataan yang lebih
seru,”Baiklah toy.. Bagaimana tanggapanmu
bila rokok benar diharamkan untuk diproduksi?”
“Buset deh!” Spontan Hi-Pat. “Heem..Seperti gaya Sotoy. Life is fucking
flat. Mampu hidup berbibir hambar..”
“Wah tentu saja Life
is motherfucking flat. Like my fucking body.
Hehe.. Tempatku akan jadi kota mati Tong. Tentu saja negara akan mati. Tidak
ada pemain- pemain handal bulu tangkis Indonesia yang Go Internasional. Mungkin, sudah saatnya slogan SEMARAK (Sehat,
Elok, Maju, Aman, Rapi, Asri dan Konstitusional) terrealisasi. Hehe.” Mr.
Sotoy pun tertawa atas rumusan silat lidahnya.
“Tidak ada SEMARAK.. yang ada
demo petani, dan mahasiswa.Dan tidak ada tempat latihan bulutangkis berkelas
internasional.” Riject
langsung menyaut.
“Faktanya saat ini,
di kotamu hanyalah rokok yang sangat besar mensponsori mereka.Generasi
olahragawan namun hidupnya dengan menghisap rokok. Bertahan lari berapa lama
untuk melawan semua musuh bebunyutan. Ada juga sakit paru- paru kali.” Akupun
menanggapi dan semua tertawa terkekeh- kekeh.
“Halah..Liem Swie King ikut
klub bulu tangkis itu di Kudus.Positif- positif aja.” Mr. Sotoy berkilah. “Yah..Tahulah Guiness (Minuman Keras) pun sponsor
acara Guiness World Record. Positif aja gak ada masalah.” Lewat gaya
khasnya. Kedua tangannya pun kembali diangkat keatas menyambut.
“Permasalahannya bukan gitu
juga kali politik dagangnya.”
Hi-Pat menanggapi sambil tubuhnya sedikit direbahkan bersandar. “Ngomong- ngomong ngebela banget Sotoy sama
kretek. Aku aja biasa aja.Keluarin lah rokokmu. Aku yakin bukan Marlboro.” Hi-Pat
bertanya bersamaan dengan disunduknya puntung rokok Hi-Pat ke dalam
asbak tengkorak.
“Lihat saja. Beginilah
politican magic membuat opini publik.” Tiba- tiba saja Riject mengejek Mr.
Sotoy.
“Iye aku paham..” Dikeluarkan sebungkus kretek
lokal yang bungkusnya sudah lunyu basah
dan lecek. Diambilnya sebatang dan langsung tangan kanannya menyambar korek
milik Hi-Pat yang tergeletak di meja. Hi-Pat pun kaget dan tertawa menghina
dirinya.
“Parah Sotoy..
Seleramu sebesar alasan kebangsaanmu. Sialan.Hahaha..” Hi- Pat menghina dan
tak lama kemudian meneruskan statement yang sempat terputus, “Itulah.. jalannya politik bisnis ini berbeda
sob. Kamu seperti diberi racun dan sang bandar tetap makan buah. Jadi babi
kita.”
“Seperti inti yang
kita bicarakan hari ini. Layaknya diri kita yang seperti babi yang memberikan
makan kepada kegiatan- kegiatan positif melalui pendanaan sponsor.Yang melakukan kegiatan positif sih gak harus ngerokok,
yang ngasih dana (kita) harus terus ngerokok. Pun mau
apalagi? Kita ikhlas khan?.” Riject
berbicara sambil menghisap puntung rokok keduanya dalam- dalam dan
dihembuskannya senang. Hi-Pat, Mr Sotoy dan aku pun manggut- manggut menurut.
Mr Sotoy melanjutkan perbicaraannya,”Lalu bagaimana dengan rokok putih? Memangnya bangga dengan rokok putih
Amerika itu, apakah kau dianggap mereka koboy Marlboro? Hehe, Kau hanya dikhianati karena
negara mereka sudah banyak yang tidak ketergantungan rokok.So sad, so bad.”
“Heeehh..” Riject melepaskan keluh,
bersandar, sambil garuk- garuk kepala. “Kali
ini, setuju juga aku sama kamu toy.
Pun aku tetap tidak bisa hidup dengan batangan ini. Rokok ini seperti perang
pemikiran. Yahudi- yahudi di sana justru menjaga kesehatan dengan makanan
bergizi dan buah- buahan. Manusia di negara ini, dapat asap. Apapun itu, enak
juga.Hehe..”
“Kubilang, memang kita sudah
masuk lingkaran setan. Dengan alasan apapun bila rokok di stop. Akan ada oknum
yang berdemo membela kaum lemah.Kehidupan petani! Fuck! Tak lain oknum- oknum yang berdemo itu membela orang- orang borjuis di
negeri ini, membela penyakit, dan membela diri mereka sendiri yang sudah
kecanduan.” Hi-Pat berbicara dengan nada yang sedikit emosional.
“Tentu saja,
membela kita juga khan sayang. Hehe..” Mr. Sotoy memberi tanggapan dengan
santai.
“Memang benar-
benar lingkaran setan.” Hi- Pat geleng- geleng kepala.
“Huh, pernyataanmu
terlalu spekulatif Pat.” Tanggap Riject.
“Ngomong- ngomong,
manusia Otong satu ini diam saja. Kejam kita, sang tuan rumah tidak diajak
berbincang- bincang.” Sotoy pun menyinggungku.
Melihat penawaran Sotoy, aku yang dari tadi tersenyum
melihat obrolan yang semakin seru akhirnya angkat bicara untuk
statement yang ketiga kalinya,“Well..Baiklah- baiklah aku akan memberi
statement.”
“Gak
dipaksakan kok Tong.” Riject membela dengan wajah datarnya.
“Hmm…Tidakkah
satu dari kalian membeberkan sebuah data? Aku kira dialeg- dialeg ini hanya
menuju pada diskusi kusir.” Akupun menyindir dan malahan mereka seperti
memalingkan muka, merokok dan acuh.
“Yah baiklah,
kawan kerjanya Koboy Marlboro nampaknya menciptakan Google. Akan kutunjukan
sebuah data.” Aku menekan- nekan layar sentuh Android Galaxy Miniku
untuk mencari data yang dimaksud,”Ini
dari situs Liza Herbal, Indonesia adalah konsumsi tembakau terbesar kelima di
dunia. Memiliki peningkatan konsumsi tembakau yang meningkat drastis. Angkanya
dari 30 tahun terakhir 33 milyar batang per tahun di tahun 1970 meningkat
menjadi 217 milyar batang pertahun di tahun 2000. Antara tahun 70 sampai 80
konsumsi meningkat hingga 159%. 1990 ke 2000 meningkat juga sebesar 54%.”
“Fakta yang
menakjubkan. Padahal pada masa 1998 adalah puncak krisis ekonomi.” Riject
menanggapi sambil disunduknya rokok kedua ke dalam asbak tengkorak.
“Itu namanya lingkaran
setan. Karena krisis, orang jadi stres.Orang stres jadi beli rokok.Karena
terus- terusan beli rokok jadi krisis keluarga.Karena krisis keluarga, orang
jadi stress lagi. Makanya orang beli rokok lagi. Hehe.” Hi-Pat kembali
bersuara.
“Bego.” kata
Riject.
“Boleh aku
teruskan?” Aku menawarkan.
“Ya silahkan
silahkan..” Semua rekanku menyilahkan.
“Ini dia data
detail secara prevalensi. Yah yang gak begitu menarik di data ini yaitu
menyebutkan kalau pria lebih banyak merokok daripada wanita. Langsung saja pada
angka yang memiliki variabel menarik. Pria dewasa di pedesaan lebih banyak
merokok daripada di kota. Di desa prevalensinya 67% sedangkan di kota 58,3%.
Ada lagi yang tidak berpendidikan nampaknya lebih banyak yang merokok dibanding
yang berpendidikan yaitu sebesar 73% pria merokok tanpa pendidikan formal dan
yang berpendidikan formal hanya 44,2% bagi mereka yang lulus SMA. Satu data
lagi yang menarik adalah pria berpenghasilan rendah lebih banyak merokok
dibanding yang tinggi, perbandingannya 62,9% berbanding 57,4%. Bagaimana
tanggapan anda saudara saudara?”
“Huff..Ndeso,
tak berpendidikan, dan miskin, kita ada dikategori yang mana ya?” Riject
menanggapi dengan tekstur senyuman yang dinaikan sebelah.
“Oke! Lihatlah
dia! Mr. Sotoy! Dari desa, kurus lusuh, dan nampaknya tidak berpendidikan.
Wakakaak.” Hi-Pat langsung mencibir dan tertawa keras sambil memukul- mukul
meja.
“Dumb ass
hole! Memangnya kau tampak perkasa. Lihat saja jerawat, hidung besar dan bibir
hitammu itu yang seperti Orc(ras monster
di dunia- dunia dongeng di barat).” Mr. Sotoy pun berekspresi kecut
membalas cibiran yang memojokan. “Kau
tau, data itu begitu aneh. Jaman kolonial dulu, rokok adalah selera para
bangsawan.”
“Yeah, dan kau
pikir apa saja mainan bapak- bapak siskamling di desamu. Catur dan Kartu khan.
Tak lebih mainan para raja jaman dulu di Eropa.” Tangap Riject.
“Yahaa, Benar
adanya kalau para ilmuwan mengatakan sebuah peradaban maju telah tercipta di
negeri kita! Kau masih ingatkan isu Atlantis yang hilang berada di negeri kita!
Tak salah bila hari ini orang terkecil sekalipun memainkan permainan para raja
dan bangsawan.Wahahaha..”
Dengan sigap Riject langsung menanggapi ocehan Hi-Pat,“DASAR……”
“BEGO!” Mr. Sotoy
langsung memotong tanggapan Riject dengan riang gembira dan nampaklah semua
orang kecuali Hi- Pat tertawa terbahak- bahak sampai memukul- mukul meja.
“Ya sudahlah,
hei Tong. Ada data yang lebih penting lagi gak? Kesehatan mungkin?” Mr. Sotoy
meluruskan topik.
“Ya..Baiklah..” Aku
mulai mencari info lain dengan ponsel pintarku.”Yup..Ini dia dari detik, ada 15 belas penyakit karena merokok. Singkat
saja ya..kanker paru- paru, kanker kandung kemih, kanker payudara, kanker
selvis, kanker kerongkongan, kanker pencernaan, kanker ginjal, kanker mulut,
kanker tenggorokan, serangan jantung, penyakit jantung koroner, aterosklerosis,
penyakit paru obstruktif kronik, impotensi, dan yang kelima belas dan lain-
lain.”
“Wow..Apa itu
yang kelimabelas? Aku pikir kanker psikis.” Hi-Pat langsung memberi ide.
“Aku punya
firasat buruk.” Riject memberi tanggapan apatisnya.
“Marilah
bersorak padaku setelah ini, kanker psikis adalah KANtong KERing. Hehe..”
“Mari kawan-
kawan kita bersorak.” Mr. Sotoy riang gembira mengangkat kedua tangannya
sambil mengayunkan tangan layaknya dirijen.
“DASAR BEGO!” semuanya
termasuk Hi-Pat turut berteriak- teriak cibiran sakasme itu dengan bangga.
“Yah, yang
kelimabelas itu hipertensi, gangguan kesuburan, asma radang saluran nafas,
katarak,sariawan dan tentunya merusak penampilan.”
“Menyedihkan
sekali kita, beberapa tahun lagi kita akan mati seperti apa.” Riject memberi
statement yang mengkhawatirkan.
“Yah
setidaknya sudah mulai terkrucut khan. Kita tidak perlu khawatir mati dengan
cara apa. Yang perlu dikhawatirkan itu kapan? Hehe.” Sotoy
menenangkan. “Yang perlu kita siapkan
saat muda adalah uang untuk biaya nanti di rumah sakit ketika kita tua. Dan
jelas kita perlu memberikan pendidikan iklas kepada keluarga yang kelak akan
kita tinggal.”
“Dasar
rancu..” Hi-pat mencibir dengan wajahnya yang sedikit berpaling. “Seolah melangkahi Tuhan dia mengetahui masa
depan. Kalau kau masih ingat, kakekku meninggal di usia yang sangat..sangat tua
hingga mencapai 86 tahun. Dia perokok lho.”
“Yup.Kakek yang hebat. Mungkin dia memiliki kegiatan pengalihan sehingga dapat meninggkatkan imun dalam tubuh. Kedua, mungkin juga kakekmu seorang yang memiliki sugesti yang positif sehingga rokok tidak mengganggu kesehatannya.” Akupun sedikit memberi ide.
“Yup.Kakek yang hebat. Mungkin dia memiliki kegiatan pengalihan sehingga dapat meninggkatkan imun dalam tubuh. Kedua, mungkin juga kakekmu seorang yang memiliki sugesti yang positif sehingga rokok tidak mengganggu kesehatannya.” Akupun sedikit memberi ide.
“Hm..Kalau
memang itu solusinya. Kita tanya keluarganya Hi-pat mengenai aktivitas
kakeknya. Kita ikuti gaya hidup kakeknya. Maka menyelesaikan masalah bukan?” Riject juga
membantuku menguatkan ide solutif.
“Yah..Statement
dokter memang selalu terlalu teoritis. Mari kita ikuti gaya kakekku yang
seorang pelaut. Embah kakungku seorang pelaut. Wakakak.” Hi-Pat mulai
terbahak- bahak dan sedikit bernyanyi memelesetkan lagu Ibu Sud dengan
dinikmati rokok ketiganya.
“Okelah..
masalah impotensi itu begitu penting mengenai kejantanan kita. Ini adalah
tantangan kita sebagai pembuktian slogan “Pria punya selera”” Aku langsung
mengalihkan topik baru. “Baik ini aku bacakan secara lebih detail.Sebentar
ya… Nah ini dia! Di sini disebutkan hingga nanti kita usia 30 – 40 tahun, akan
beresiko impotensi. Itu karena nikotin mempersempit artileri ke dalam penis.
Kalau sudah sampai impotensi, itu sebagai alarm kalau penyakit lain yang lebih
serius akan datang.”
“Wah
mengerikan!” Hi-Pat turut terkejut.
“Sebentar-
sebentar- sebentar. Tadi kau ngomong kita? Hey. Anak alim kau merokok juga ya?”
Nampaknya Sotoy mulai mengetahui sesuatu dariku.
Aku pun terpaksa mengeluarkan tas ranselku ke atas
meja.
“Oke..Kita
tunggu apa yang akan terjadi pada orang ini! Anak alim ini tebakanku tidak
mungkin dia mengeluarkan kretek.” Wah Hi-Pat sudah mulai mencibir.
“Koboy
Marlboro mungkin?” Sotoy juga mulai menebak- nebak “Atau cerutu atau klobot atau malah kawung?”
“Ngaco..” Aku mulai menjudge tebakan Sotoy. “Sebenarnya aku mulai mengurangi
intensitasku untuk mengebul. Yah akhirnya ngebul juga deh..Hehe. Ini dia!” Aku
mulai mengeluarkan bungkus rokok dari dalam tasku.
“Apa!! Benar-
benar pemikiran yang unik.” Sotoy dan Hi- Pat terkaget- kaget dan menunjukan
ekspresi yang menurutku terlalu Hiperbola. Mendengar kelucuan mereka berdua
Riject hanya bisa geleng- geleng kepala sambil tertawa dan mencaci mereka
berdua dengan kata- kata bodoh!
“Ini
dia..Rokok herbal.” Semuanya nampak sedikit menunjukan tampang yang
mengejek.
“Gak masalah..
Itu rokok untuk para perokok yang ingin tobat. Memang ada masalah apa kau mau
berhenti secepat itu Tong?” Riject pun bertanya padaku.
“Yah, bukan
masalah ingin berhenti merokok sih. Ini bukan masalah kesehatan, ini masalah
selera. Aku fikir aku adalah orang yang menikmati hidup diluar kotak.
Kedengarannya sejenis Anti Mainstream.” Yah akhirnya akupun ngebul juga di
batang rokok yang pertama.
”Hmm.. Anti
Mainstream? Kedengarannya unik. Mungkin
bisa kugunakan untuk kata- kata dalam merayu wanita. Ada film baru bapak Riject?”
Sotoy malah merusak keseriusan.
“Itu
pernyataan retoris Toy. Mau Asia, Amerika, copy aja dilaptopku. Ngomong-
ngomong gak nyambung dengan kata- kata Anti Mainstream itu. Bodoh.”
“Haha..ya
sudahlah. Ini pembahasan rokok. Mau pembahasan yang lain. Kita harus ganti
topik yang lain.” Akupun harus meluruskan topik kembali. “Baiklah aku luruskan topik, maka mari kita
simpulkan pada satu persoalan. Siapa diantara kita yang paling impoten?”
“So?” Sotoy
mengangkat kedua tangannya lagi.
“Baiklah lihat
dibungkus rokok kalian. Disitu terdapat kandungan nikotin yang kita bicarakan
tadi kan..”
Semuanya mulai mencari kandungan nikotin di bungkus
rokoknya masing- masing.
“ASU!” “Yah
ASU!”
“Ahahahahaha….” Aku
dan Riject mulai tertawa puas.
Nampaknya Hi-Pat dan Mr. Sotoy terjebak pada bualanku.
Hal itu karena tak lebih 4 atau 5 gram nikotin tinggal di sebatang rokok yang
mereka hisap. Kandungan terbesar dalam sebuah sejarah perokokan. Sebenarnya
bodoh, karena tidak ada jaminan orang impoten karena gram nikotin di dalam
rokok lebih besar atau sebaliknya. Dan aku fikir, sepertinya Riject mulai
tenang karena kandungan yang lebih kecil dibanding kretek dan ia pun dapat melanjutkan
khayalannya untuk bercinta dengan wanita berbaju merah yang sudah 5 kali ganti
lagu.
Pukul 21.30 WIB. Kami masih melanjutkan Obrolan Bar.
GuDab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar