Minggu, 17 Februari 2013

Pertempuran Don1 Don2 - Potongan Kisah Cerita Khayal "Firasat Listrik" karya GuDab (catatan fb)


Keduanya terjatuh, keduanya mati, keduanya tersenyum, keduanya melihat senja indah untuk kedua kalinya. Namun, sungguh sekali lagi sayang. Keduanya tak dapat mengulang sejarah yang sama.
Di atas lantai 13, dalam gedung yang tak berpenghuni. Tidak ada dinding, tidak ada keramik, dan tidak ada penghias atap yang artistik. Hanya tampak cor-coran semen yang mengelilingi seruangan lantai itu, dan tentunya, pilar- pilar kotak yang berdiri tegak merenggang layaknya filosofi keadilan manusia yang relatif. Di balik pilar- pilar yang menghalangi penglihatan pemandangan. Terlihatlah Don2 (baca:Dona) yang menghirup rokok pelan- pelan. Bibirnya tersenyum, namun keningnya merengut. Seolah dia memahami, bahwa hari ini adalah hari dimana dirinya dapat menatap matahari untuk terakhir kalinya. Lalu? Bibirnya yang tersenyum itu menandakan bahwa dirinya ingin tampak bahagia hingga akhir hayatnya.


Langkah kaki itu terdengar melintasi genderang telinga Don2. Selangkah demi selangkah, suaranya semakin jelas.  Membuat genderang telinganya bergetar semakin cepat, seraya degub jantung besinya yang semakin tak karuan. Kini Don2 semakin tersenyum lebar. Lawan tangguhnya telah hadir dihadapan mata. Dialah Don1 (baca:Doni).

“Hei, N1. Mengapa kau tampak serius? Padahal kita sama- sama menegakkan keadilan?” Don2 menyapanya sambil menghembuskan asap terakhirnya. Dan dibuanglah puntung rokok itu jauh- jauh. Don1 pun menjawab dengan wajahnya yang selalu serius. “apa yang kau tegakkan, Saudaraku. Kau adalah pengkhianat. Pengkhianat bangsa.” Tanpa senyum, tanpa basa basi. Don1 seakan menguatkan suasana gedung itu menjadi semakin horor. “Halah, andai kau tau. Kita adalah 2 mahakarya yang saling melengkapi kelamahan kita. Kau konsisten dan aku dinamis. Kita sama- sama menegakkan itu. Apa kau yakin, negara yang kau bela adalah benar. Berfikirlah kritis.” Don2 menaikan nada suaranya. “Maka, pengkhianatan itulah letak ketidak adilan itu. Maaf, aku memegang amanah yang telah ayah berikan. Itulah mengapa aku diciptakan. Aku ingin bertanya padamu, maukah kau menyesali, pengkhianatanmu adalah perbuatan dosa. Menyerahlah, pertumpahan ini tak harus terjadi.” Don1 menantangnya dengan raut yang datar. Don2 mengusap kedua belah tangannya, bibir kirinya dinaikan seraya berkata.”Kita adalah potongan2 ketidaksempurnaan saudara. Namun aku mengerti, sekarang. Kita berbeda kepentingan. Timbullah konflik. Dan konflik harus kita selesaikan. Mungkin kenyataan tak seindah rumus- rumus sang ayah. Kritis,hmm.. itulah mengapa aku tercipta. Maaf saudara. Maaf, mungkin pertumpahan ini akan benar- benar terjadi.” “Maka, terjadilah. Kita tidak pernah menjadi adil, karena satu dari kita memiliki kekurangan masing- masing.” “Ya saya paham, saudaraku yang konsisten. Pertempuran ini akan menentukan keadilan macam apa yg harus ditegakkan.”

Dua saudara
 satu pencipta
 satu kekurangan
  satu kelebihan.

Tak ada yg lebih memahami apa itu filosofi keadilan yg mereka miliki. Bahkan kebenaran bagi mereka memiliki definisi yang berbeda- beda. Don1 menekuk kedua kakinya membentuk kuda- kuda. Tangan kanannya ditarik jauh kebelakang dan tangan kirinya melakukan hal yang serupa. Begitupun Don2, dieratkannya jari jemari membentuk kuda- kuda pukulan. Kakinya ditenguk badannya membungkuk layaknya posisi bersiaga untuk berlari. Kedua saudara itu memusatkan fikiran, dahinya dieratkan satu dengan yang lainnya. Terciptalah listrik yang menyembur keluar dari balik tangan mereka. Don1 berbentuk bulatan listrik berwarna hijau yang berukuran besar yang besarnya melebihi tubuhnya. Dan Don2, dia menghempaskan kakinya, melesat berlari sangat cepat, menunjukan listrik berwarna kuning di tangannya yang sudah siap memburu musuh dihadapannya. Mereka saling memukul. Mereka saling menendang. Mereka saling meledakkan listriknya di setiap serangan- serangan yang ada. Mereka siap melukai satu dengan yang lainnya.Mereka siap bertempur sampai mati.

Gedung tak berpenghuni itu menjadi saksi. Keganasan antara 2 makhluk yang diciptakan saling melengkapi. Kini keduanya saling melukai. Seraya angin semilir sore yang berhembus, tidak mampu ciptakan angin sepoy yang menentramkan akal logika mereka. Angin sore yang berhembus, hanya mampu ciptakaan angin kencang yang basah, dimana kandungannya bercampur debu dan luka. Angin yang membuat kedua makhluk itu, saling membenci antara satu yang lain.

Angin itu bersedih, karena dirinya sempat berguna sekali. Saat kelahiran kedua makhluk itu. “Hei N1, mengapa kita tercipta?” Ditanya Don2 dengan wajah yang tersenyum. “Untuk saling melengkapi, aku konsisten dan kau dinamis. Ketika aku terlalu konsisten dengan aturan, kau yang mengkritik aku untuk memberi pemahaman, bahwa terkadang aturan itu tidak benar. Dan aku juga masih ingat. Bila kau terlalu liar dengan kedinamisanmu, aku yang mengingatkan akan pentingnya idealis itu.” Don1 menjawabnya dengan wajahnya yang datar. “Pada intinya kita ini saudara. Kita berjuang melawan musuh di hadapan, kita bersatu. Jadilah kita sepasang senjata yang kuat. Yang kokoh dalam landasan dan ulet dalam mencapai tujuan.hehe..” Dirangkulnya pundak Don1 dengan tangan kanan Don2. “Aku mengerti, begitulah yang ayah inginkan. Dan aku akan tetap setia sampai kapanpun itu. Yah, Don2 kaulah saudaraku.” Di hadapnya wajah Don1 kekiri dan wajahnya yang datar akhirnya cekung jga. Tersenyumlah dia dan tersenyumlah bersama. Angin itu tambah bahagia karena matahari senja yang dipandangnya mereka berdua menjadi benih kenangan yang indah yang takkan mungkin tertulis dalam buku sejarah dan takkan mungkin terjadi untk kedua kalinya lagi.

Energi terkuras, pilar- pilar itu tampak rapuh tak seperti diawal. Namun tatapan mata mereka tak sedikitpun menunjukan kata baikkan.  “Saudaraku, kutanya kau sekali lagi. Maukah kau mengakui, pengkhianatanmu itu adalah perbuatan dosa.” Ditanya Don1 kepada Don2. “Maaf N1, kalau mati. Biarlah saja. Kita harus rela!” Dijawabnya Don2 kepada Don1. “Maka… Baiklah.” Mereka berdua berlari mendekat satu sama lain sekencang mungkin. Tangannya tererat kuat seraya listriknya Yng masih saja mencuat dlam medan pertempuran. Keduanya sling bertabrakan. Keduanya membunuh satu sama lainnya. Tak lama kemudian matahari senja datang sejajar dengan tubuh mereka.Menyorot membentuk gradien gradien bayangan.  Don2 tersenyum. Si Don1 yang datar pun tersenyum. Don2 berkata,”Maafkan aku saudara, kritis tanpa landasanmu bukanlah adil yang kuat. Ternyata aku salah tnpamu!”  “Maafkan aku juga N2, seharusnya tak kupaksakan dirimu mengikuti keinginanku!”

1, 2 , 3. Sayangnya. Senja matahari tak bisa berhenti. Senja seraya harus segera meninggalkan mereka. Meninggalkan detik- detik kenangan, meninggalkan permintaan maaf yg terlambat. Keduanya terjatuh, keduanya mati, keduanya tersenyum, keduanya melihat senja indah untuk kedua kalinya. Namun, sungguh sekali lagi sayang. Keduanya tak dapat mengulang sejarah yang sama.

Dan angin terus berhembus, membelai 2 pejuang keadilan yang telah jatuh mati.

Gudab

http://www.facebook.com/notes/gugus-adab/pertempuran-don1-don2-potongan-kisah-cerita-khayal-firasat-listrik-karya-gugus-a/10150415254341099

7 Desember 2011

4 komentar: