Jumat, 18 Januari 2013

Obrolan Bar : Segmen (4 Pria Reuni) “Chapter 1 : Rokok”


Obrolan Bar
Segmen (4 Pria Reuni) “Chapter 1 : Rokok”

            Aku duduk di antara teman- temanku saat ini. Di sebuah bar untuk melepas lelah setelah mengarungi nafkah siang hari. Sebuah bar kecil di pinggir kota dengan suasana etnik Jawa yang kental. Lampu- lampu remang menghiasi ruangan seolah menciptakan kesan romantisme malam. Pelayan- pelayan sesekali lalu lalang dengan pakaian kaos hitam berkerah hitam bergaris putih, lengkap dengan logo “Romansa Bar” yang tersablon di depan dada mereka. Setelan celana jeans hitam panjang dengan ikat pinggang putih serta sepasang sepatu kets putih. Huff, pelayan laki- laki itu menjadi tampak bidang dengan setelan seragamnya, namun yang asyik pelayan wanitanya jadi terlihat seksi walau masih terkesan terlalu sopan. It’s okay buatku karena bar ini hanyalah seperti coffee shop sederhana. Jika anda ingin merasakan nikmatnya menyeruput kopi, tempat ini begitu nyaman untuk dikunjungi bersama teman- teman. Apalagi di sudut selatan bar ini sosok perempuan manis ber-rok mini dengan kaos ketat merahnya mulai mengalunkan sebuah lagu bersama band akustiknya. Kudengar gitarisnya mulai memetikan melodi “Kangen” dari Dewa 19 dan tak lama kemudian suara merdu perempuan manis itu seperti maut yang mencabut kesadaranku menuju desah- desah kerinduan akan masa- masa SMA.
            Kerinduan, heum. Adalah aku dan teman- teman SMAku saat ini yang porak poranda tertawa mengumbar nafsu kerinduan setelah 7 tahun lamanya tidak berjumpa. Pertama kali mungkin kami sedikit canggung, namun manisnya kopi yang hangat ini temani kami melumerkan kebekuan setelah sekian lama tak bertemu. Sibuk dengan masing- masing kegiatan membuat kami terkungkung dalam kekolotan. Pekerjaan yang kami lakukan seolah memutuskan komunikasi menciptakan kelupaan akan hadirnya sahabat sejati masa kami muda dulu. Hingga facebook tercipta, akhirnya jalinan silaturami itu terjalin kembali. Mungkin, masing- masing dari kami tidak tahu perubahaan apa yang terjadi selama 7 tahun berpisah.  Tak apalah, dengan bermodalkan teknologi facebook kuciptakan reunian di bar ini. Hingga malam ini, kulihat satu persatu teman- teman baikku yang terasa semakin tua saja. Canda tawa menghiasi malam yang panjang ini.  
 Ini bukan kisah motivasi persahabatan, please deh ini bukan dongeng negeri 5 menara atau kisah kurcaci- kurcaci laskar pelangi, huff tak seindah itu. Ini hanyalah kisah reunian bersama teman- teman baikku. Teman- teman yang sempat temaniku arungi kehidupan yang busuk ini. Mungkin akan tampak membosankan. Aku yakin sangat membosankan, mungkin gadis vokalis berpakaian merah seksi itu perlu menemanimu agar kisah ini tampak menyegarkan dan sedikit bergairah. Walau apapun persepsi burukmu itu muncul, tetap saja kuceritakan reunian hari ini karena pertemuan ini adalah rencanaku.
“Wihii, hei nyet! Maap sob telat, macet banget tadi dijalan. Ngomong- ngomong, 7 tahun gak ketemu tambah jelek aja wajah kalian.”  Kehadiran Tomo melengkapi reuni persahabatan kami. Silat lidah dari sosok sahabatku yang hobinya mencibir itu mulai melumerkan suasana. Di meja bunda ini yang terplitur kayu. Di atasnya lengkap dengan 3 buah cangkir kopi yang sudah kami nikmati, melihat kenikmatan tersebut Tomo pun langsung memesan secangkir Machiatto. Seperti sifatnya, Machiatto merupakan kopi hitam ditambah susu putih yang manis, namun tetap saja rasa pahitnya kopi terasa dominan. Di sisi lain meja yang kami tempati terdapat asbak berbentuk tengkorak dan terlihat tata letak benda- benda di atas meja yang berantakan justru ciptakan kesan akrab di antara kita. Sama halnya sapaan Tomo yang super berantakan itu justru akrabkan suasana kita. Tomo pria berantakan dengan mulut berantakan. Pipinya yang penuh jerawat dengan rambut acak kadut berhamburan. Hidungnya membuat kami termotivasi layaknya sosok Ikal di Laskar Pelangi. Bukan karena semangatnya, namun tekstur hidungnya yang besar seperti Ikal yang jongkok bersiap buang hajat membuat kami termotivasi untuk membalas cibiran yang lebih ekstrim lagi.
“Hey,Hi-Pat!(Hidung Pantat) 7 tahun tak berjumpa rupanya bahasamu belum disekolahin ya. strata sosialmu masih sekelas babu saja. Melacur dimana saja kau selama ini. hehe” Riko membalas cibiran Hi- Pat dengan tenang. Riko, dialah sosok jenius di antara kita. Juara number one di sekolah kami. Sebenarnya di antara kita dia adalah sosok yang paling introvert, setidaknya kacamatanya yang tebal menunjukan dia lebih asyik mencari informasi dengan benda- benda mati berlayar dibanding sesuatu yang hidup. Namun, benda mati bukan berarti mencari sesuatu yang mati. Dia mencari sesuatu yang sangat hidup. Tidak panjang lebar aku eksplorasikan. Biar Maria Ozawa saja yang memberi testimonial, betapa Riko penggemar setianya dulu, sekarang dan selamanya. Riko tetap bersandar dengan kedua tangannya yang disilangkan ke belakang kepala, senyuman kecilnya mewakili kepuasannya dalam memberi strike back perkataan Tomo sang Hi-Pat dan nampaknya dia begitu bergairah mendengar alunan lagu dari wanita berbaju merah itu.
“Haha Rijek (Rico. Jenius. Kolor) membalas, touchdown untuk Rijek. Haha cibiran macam ini yang aku rindukan bersama kalian. Manusia tak kan bisa hidup selamanya, namun ucapan- ucapan kotor kitalah yang seharusnya membuat kita hidup selamanya. Politics is about strategy baby. Speaking dirty and world got the special meaning. Aku cinta retorika.” Heuff. Soleh, tiga hal yang dapat kugali dari dirinya. Politik, Bisnis, dan Filosofis. Tiga hal itu terlihat keren, namun bukan terlihat demikian kerennya. Setidaknya tubuhnya yang kurus menunjukan bahwa dia seolah- olah pantas menjadi seorang pemikir- pemikir kelas berat. Bagi kami, tubuhnya yang kurus bagaikan tulang kering yang kehausan untuk mengenyangkan perutnya yang tak pernah gendut. Begitulah fakta sisi lain dari perjuangan politik, bisnis, dan filosofis di negeri ini. Perkataannya yang luar biasa besarnya tak sesuai dengan perutnya yang luar biasa kecilnya. Kasihan, orang tua yang terlalu tenggelam oleh bualannya itu. Apapun itu, dia sahabat kami.
Lalu, siapa aku? Akupun membuka ucapan pertemuan reuni ini, “Yiah selamat datang Hi-pat yang telat, Rinyet.. upps Riject, dan pastinya kawan tersohor kita Mr. Sotoy. Dasar kutu- kutu sombong sekali 7 tahun gak pernah komunikasi. Kalau bukan aku yang inisiatif mungkin aku akan mengunjungi kalian saat Yasinan. Untung aja aku bisa menikmati wajah kalian bersama gadis manis berbaju merah itu.           
Tua- tua gak pinter juga kau Tong.. Kita kan semua tau diri semenjak ritual perpisahan kita, kita berjalan masing- masing. Pria- pria tampan macam kita kan laku pastinya di negeri ini. Life must go on baby.. Persahabatan SMA kita memang sangat pragmatis.” Mr. Sotoy langsung menanggapi pernyataanku dengan gayanya yang berlagak bijak. Selalu saja aku dipojokan layaknya orang yang kurang memakan asam garam kehidupan. Beginilah aku, nasib seorang pria yang dianggap paling lugu diantara persahabatan ini. Aku adalah lelaki botak dengan kumis tipis yang teksturnya seperti batang pohon pisang yang dirobohkan. Di antara kami memang tubuhku paling sixpact karena wajar saja. Program- program fitnes yang selalu aku jalani bersama ayah angkatku membuatku seperti Dwayne Johnson saat beraksi setangguh The Rock, hehe. Sayang saja ketiga teman sialan ini sering mengerjaiku hingga panggilan “Si Otong” harus aku miliki. Oh ya, sebelumnya nama asliku adalah Arjuna. Gadis- gadis tentunya tertarik padaku berkat tampang, otot dan tentunya namaku. Sayang saja hati ini belum terbuka kepada mereka.
Adik kecil unyu- unyu ini khan bermaksud baik. Memang herkules ini paling alim di antara kita. Tidak seperti kau Sotoy. Namanya sih Soleh. Fikirannya individualis. Hehe.” Cibiran Hi-Pat mendukungku. Menanggapi cibirannya semuanya tertawa terbahak- bahak. Setidaknya wajahnya Hi-Pat yang selalu lucu dengan hidungnya yang overload membantu kami terjebak dalam bualan terkasarnya. Di samping kiri Hi-Pat, Riject yang paling cepat mengakhiri tawanya. Dikeluarkan sebatang Dunhill Mild Putih dari kantong kemejanya. Belum sempat ujung filter dinikmati Riject, langsung saja Hi-Pat berpendapat,”Wih. Mewah juga dia dengan rokok putih Amerika itu. Kelihatan berkelas dengan otak yang berkelas.” Hi-Pat pun langsung mengeluarkan Dji Sam Soe 99 bercover logam dari dalam kantung celananya hingga tak lama kemudian dihembuskan asap rokoknya.
Ah cerewet kau Pat. Aku yakin sebentar lagi Mr. Sotoy langsung bicara mengenai nasionalisme.” Dengan suara yang meyakinkan, bibir sebelah kiri Riject dinaikan sedikit.
“Waduh nyindir aku nih! Jangan begitu dong. Nasionalisme adalah wajib! Kita negeri rempah- rempah penghasil cengkeh terbaik dunia. Export bro.. Membantu petani tembakau dan cengkeh hidup, agar masyarakat urban kayak kita juga hidup. Hahaha..” Mr. Sotoy yang duduk di samping kiriku langsung saja berkilah dengan dua tangannya yang terbuka menyambut.
Haha..Perkiraan jadi kenyataan! Sembah sujudku kepada Lucky Strike. Tetua Dunhill” Akupun akhirnya bersuara.
Benar kataku, mulai membual dengan cover nasionalisme dia.” Tanggap Riject. “Yang kaya ya yang punya saham. Para petani tetap menjadi petani. Masyarakat urban seperti kita, tetap kecanduan. Dibanding kretek dengan rasa cengkeh yang membuat tenggorokanku semakin enek. Lebih baik kunikmati rasa Amerika ini dengan potongan tembakau terbaik. Kalau mau coba, rasanya lebih ringan dibanding Sampoerna Mild.”
Sombong kali kau.. Terakhir bertemu hanya rumus kimia saja di otakmu.Sekarang pandai berkilah mengenai rokok. Setidaknya ya bro.. Sebatang kehidupan bercengkeh itu menghidupkan petani ditempatku, Kudus.” Mr.Sotoy tak mau kalah.
Akhirnya akupun menanggapi dengan pernyataan yang lebih seru,”Baiklah toy.. Bagaimana tanggapanmu bila rokok benar diharamkan untuk diproduksi?”
“Buset deh!” Spontan Hi-Pat. “Heem..Seperti gaya Sotoy. Life is fucking flat. Mampu hidup berbibir hambar..”
Wah tentu saja Life is motherfucking flat. Like my fucking body. Hehe.. Tempatku akan jadi kota mati Tong. Tentu saja negara akan mati. Tidak ada pemain- pemain handal bulu tangkis Indonesia yang Go Internasional. Mungkin, sudah saatnya slogan SEMARAK (Sehat, Elok, Maju, Aman, Rapi, Asri dan Konstitusional) terrealisasi. Hehe.” Mr. Sotoy pun tertawa atas rumusan silat lidahnya.
“Tidak ada SEMARAK.. yang ada demo petani, dan mahasiswa.Dan tidak ada tempat latihan bulutangkis berkelas internasional.” Riject langsung menyaut.
Faktanya saat ini, di kotamu hanyalah rokok yang sangat besar mensponsori mereka.Generasi olahragawan namun hidupnya dengan menghisap rokok. Bertahan lari berapa lama untuk melawan semua musuh bebunyutan. Ada juga sakit paru- paru kali.” Akupun menanggapi dan semua tertawa terkekeh- kekeh.
“Halah..Liem Swie King ikut klub bulu tangkis itu di Kudus.Positif- positif aja.” Mr. Sotoy berkilah. “Yah..Tahulah Guiness (Minuman Keras) pun sponsor acara Guiness World Record. Positif aja gak ada masalah.” Lewat gaya khasnya. Kedua tangannya pun kembali diangkat keatas menyambut.
“Permasalahannya bukan gitu juga kali politik dagangnya.” Hi-Pat menanggapi sambil tubuhnya sedikit direbahkan bersandar. “Ngomong- ngomong ngebela banget Sotoy sama kretek. Aku aja biasa aja.Keluarin lah rokokmu. Aku yakin bukan Marlboro.” Hi-Pat bertanya bersamaan dengan disunduknya puntung rokok Hi-Pat ke dalam asbak tengkorak.
“Lihat saja. Beginilah politican magic membuat opini publik.” Tiba- tiba saja Riject mengejek Mr. Sotoy.
“Iye aku paham..” Dikeluarkan sebungkus kretek lokal yang bungkusnya sudah lunyu basah dan lecek. Diambilnya sebatang dan langsung tangan kanannya menyambar korek milik Hi-Pat yang tergeletak di meja. Hi-Pat pun kaget dan tertawa menghina dirinya.
Parah Sotoy.. Seleramu sebesar alasan kebangsaanmu. Sialan.Hahaha..” Hi- Pat menghina dan tak lama kemudian meneruskan statement yang sempat terputus, “Itulah.. jalannya politik bisnis ini berbeda sob. Kamu seperti diberi racun dan sang bandar tetap makan buah. Jadi babi kita.
Seperti inti yang kita bicarakan hari ini. Layaknya diri kita yang seperti babi yang memberikan makan kepada kegiatan- kegiatan positif melalui pendanaan sponsor.Yang melakukan kegiatan positif sih gak harus ngerokok, yang ngasih dana (kita) harus terus ngerokok. Pun mau apalagi? Kita ikhlas khan?.” Riject berbicara sambil menghisap puntung rokok keduanya dalam- dalam dan dihembuskannya senang. Hi-Pat, Mr Sotoy dan aku pun manggut- manggut menurut.
Mr Sotoy melanjutkan perbicaraannya,”Lalu bagaimana dengan rokok putih? Memangnya bangga dengan rokok putih Amerika itu, apakah kau dianggap mereka koboy Marlboro? Hehe, Kau hanya dikhianati karena negara mereka sudah banyak yang tidak ketergantungan rokok.So sad, so bad.
“Heeehh..” Riject melepaskan keluh, bersandar, sambil garuk- garuk kepala. “Kali ini, setuju juga aku sama kamu toy. Pun aku tetap tidak bisa hidup dengan batangan ini. Rokok ini seperti perang pemikiran. Yahudi- yahudi di sana justru menjaga kesehatan dengan makanan bergizi dan buah- buahan. Manusia di negara ini, dapat asap. Apapun itu, enak juga.Hehe..”
Kubilang, memang kita sudah masuk lingkaran setan. Dengan alasan apapun bila rokok di stop. Akan ada oknum yang berdemo membela kaum lemah.Kehidupan petani! Fuck! Tak lain oknum- oknum yang berdemo itu membela orang- orang borjuis di negeri ini, membela penyakit, dan membela diri mereka sendiri yang sudah kecanduan.” Hi-Pat berbicara dengan nada yang sedikit emosional.
Tentu saja, membela kita juga khan sayang. Hehe..” Mr. Sotoy memberi tanggapan dengan santai.
Memang benar- benar lingkaran setan.” Hi- Pat geleng- geleng kepala.
Huh, pernyataanmu terlalu spekulatif Pat.” Tanggap Riject.
Ngomong- ngomong, manusia Otong satu ini diam saja. Kejam kita, sang tuan rumah tidak diajak berbincang- bincang.” Sotoy pun menyinggungku.
Melihat penawaran Sotoy, aku yang dari tadi tersenyum melihat obrolan yang semakin seru akhirnya angkat bicara untuk statement yang ketiga kalinya,“Well..Baiklah- baiklah aku akan memberi statement.”
“Gak dipaksakan kok Tong.” Riject membela dengan wajah datarnya.
Hmm…Tidakkah satu dari kalian membeberkan sebuah data? Aku kira dialeg- dialeg ini hanya menuju pada diskusi kusir.” Akupun menyindir dan malahan mereka seperti memalingkan muka, merokok dan acuh.
“Yah baiklah, kawan kerjanya Koboy Marlboro nampaknya menciptakan Google. Akan kutunjukan sebuah data.” Aku menekan- nekan layar sentuh Android Galaxy Miniku untuk mencari data yang dimaksud,”Ini dari situs Liza Herbal, Indonesia adalah konsumsi tembakau terbesar kelima di dunia. Memiliki peningkatan konsumsi tembakau yang meningkat drastis. Angkanya dari 30 tahun terakhir 33 milyar batang per tahun di tahun 1970 meningkat menjadi 217 milyar batang pertahun di tahun 2000. Antara tahun 70 sampai 80 konsumsi meningkat hingga 159%. 1990 ke 2000 meningkat juga sebesar 54%.”
“Fakta yang menakjubkan. Padahal pada masa 1998 adalah puncak krisis ekonomi.” Riject menanggapi sambil disunduknya rokok kedua ke dalam asbak tengkorak.
“Itu namanya lingkaran setan. Karena krisis, orang jadi stres.Orang stres jadi beli rokok.Karena terus- terusan beli rokok jadi krisis keluarga.Karena krisis keluarga, orang jadi stress lagi. Makanya orang beli rokok lagi. Hehe.” Hi-Pat kembali bersuara.
Bego.” kata Riject.
“Boleh aku teruskan?” Aku menawarkan.
Ya silahkan silahkan.. Semua rekanku menyilahkan.
Ini dia data detail secara prevalensi. Yah yang gak begitu menarik di data ini yaitu menyebutkan kalau pria lebih banyak merokok daripada wanita. Langsung saja pada angka yang memiliki variabel menarik. Pria dewasa di pedesaan lebih banyak merokok daripada di kota. Di desa prevalensinya 67% sedangkan di kota 58,3%. Ada lagi yang tidak berpendidikan nampaknya lebih banyak yang merokok dibanding yang berpendidikan yaitu sebesar 73% pria merokok tanpa pendidikan formal dan yang berpendidikan formal hanya 44,2% bagi mereka yang lulus SMA. Satu data lagi yang menarik adalah pria berpenghasilan rendah lebih banyak merokok dibanding yang tinggi, perbandingannya 62,9% berbanding 57,4%. Bagaimana tanggapan anda saudara saudara?”
“Huff..Ndeso, tak berpendidikan, dan miskin, kita ada dikategori yang mana ya?” Riject menanggapi dengan tekstur senyuman yang dinaikan sebelah.
“Oke! Lihatlah dia! Mr. Sotoy! Dari desa, kurus lusuh, dan nampaknya tidak berpendidikan. Wakakaak.” Hi-Pat langsung mencibir dan tertawa keras sambil memukul- mukul meja.
“Dumb ass hole! Memangnya kau tampak perkasa. Lihat saja jerawat, hidung besar dan bibir hitammu itu yang seperti Orc(ras monster di dunia- dunia dongeng di barat).” Mr. Sotoy pun berekspresi kecut membalas cibiran yang memojokan. “Kau tau, data itu begitu aneh. Jaman kolonial dulu, rokok adalah selera para bangsawan.”
“Yeah, dan kau pikir apa saja mainan bapak- bapak siskamling di desamu. Catur dan Kartu khan. Tak lebih mainan para raja jaman dulu di Eropa.” Tangap Riject.
“Yahaa, Benar adanya kalau para ilmuwan mengatakan sebuah peradaban maju telah tercipta di negeri kita! Kau masih ingatkan isu Atlantis yang hilang berada di negeri kita! Tak salah bila hari ini orang terkecil sekalipun memainkan permainan para raja dan bangsawan.Wahahaha..”
Dengan sigap Riject langsung menanggapi ocehan Hi-Pat,“DASAR……”
“BEGO!” Mr. Sotoy langsung memotong tanggapan Riject dengan riang gembira dan nampaklah semua orang kecuali Hi- Pat tertawa terbahak- bahak sampai memukul- mukul meja.
“Ya sudahlah, hei Tong. Ada data yang lebih penting lagi gak? Kesehatan mungkin?” Mr. Sotoy meluruskan topik.
Ya..Baiklah..” Aku mulai mencari info lain dengan ponsel pintarku.”Yup..Ini dia dari detik, ada 15 belas penyakit karena merokok. Singkat saja ya..kanker paru- paru, kanker kandung kemih, kanker payudara, kanker selvis, kanker kerongkongan, kanker pencernaan, kanker ginjal, kanker mulut, kanker tenggorokan, serangan jantung, penyakit jantung koroner, aterosklerosis, penyakit paru obstruktif kronik, impotensi, dan yang kelima belas dan lain- lain.”
“Wow..Apa itu yang kelimabelas? Aku pikir kanker psikis.” Hi-Pat langsung memberi ide.
Aku punya firasat buruk.” Riject memberi tanggapan apatisnya.
“Marilah bersorak padaku setelah ini, kanker psikis adalah KANtong KERing. Hehe..”
“Mari kawan- kawan kita bersorak.” Mr. Sotoy riang gembira mengangkat kedua tangannya sambil mengayunkan tangan layaknya dirijen.
“DASAR BEGO!” semuanya termasuk Hi-Pat turut berteriak- teriak cibiran sakasme itu dengan bangga.
“Yah, yang kelimabelas itu hipertensi, gangguan kesuburan, asma radang saluran nafas, katarak,sariawan dan tentunya merusak penampilan.”
“Menyedihkan sekali kita, beberapa tahun lagi kita akan mati seperti apa.” Riject memberi statement yang mengkhawatirkan.
“Yah setidaknya sudah mulai terkrucut khan. Kita tidak perlu khawatir mati dengan cara apa. Yang perlu dikhawatirkan itu kapan? Hehe.” Sotoy menenangkan. “Yang perlu kita siapkan saat muda adalah uang untuk biaya nanti di rumah sakit ketika kita tua. Dan jelas kita perlu memberikan pendidikan iklas kepada keluarga yang kelak akan kita tinggal.”
“Dasar rancu..” Hi-pat mencibir dengan wajahnya yang sedikit berpaling. “Seolah melangkahi Tuhan dia mengetahui masa depan. Kalau kau masih ingat, kakekku meninggal di usia yang sangat..sangat tua hingga mencapai 86 tahun. Dia perokok lho.”
            “Yup.Kakek yang hebat. Mungkin dia memiliki kegiatan pengalihan sehingga dapat meninggkatkan imun dalam tubuh. Kedua, mungkin juga kakekmu seorang yang memiliki sugesti yang positif sehingga rokok tidak mengganggu kesehatannya.” Akupun sedikit memberi ide.
“Hm..Kalau memang itu solusinya. Kita tanya keluarganya Hi-pat mengenai aktivitas kakeknya. Kita ikuti gaya hidup kakeknya. Maka menyelesaikan masalah bukan?” Riject juga membantuku menguatkan ide solutif.
“Yah..Statement dokter memang selalu terlalu teoritis. Mari kita ikuti gaya kakekku yang seorang pelaut. Embah kakungku seorang pelaut. Wakakak.” Hi-Pat mulai terbahak- bahak dan sedikit bernyanyi memelesetkan lagu Ibu Sud dengan dinikmati rokok ketiganya.
“Okelah.. masalah impotensi itu begitu penting mengenai kejantanan kita. Ini adalah tantangan kita sebagai pembuktian slogan “Pria punya selera”” Aku langsung mengalihkan topik baru. Baik ini aku bacakan secara lebih detail.Sebentar ya… Nah ini dia! Di sini disebutkan hingga nanti kita usia 30 – 40 tahun, akan beresiko impotensi. Itu karena nikotin mempersempit artileri ke dalam penis. Kalau sudah sampai impotensi, itu sebagai alarm kalau penyakit lain yang lebih serius akan datang.”
“Wah mengerikan!” Hi-Pat turut terkejut.
“Sebentar- sebentar- sebentar. Tadi kau ngomong kita? Hey. Anak alim kau merokok juga ya?” Nampaknya Sotoy mulai mengetahui sesuatu dariku.
Aku pun terpaksa mengeluarkan tas ranselku ke atas meja.
“Oke..Kita tunggu apa yang akan terjadi pada orang ini! Anak alim ini tebakanku tidak mungkin dia mengeluarkan kretek.” Wah Hi-Pat sudah mulai mencibir.
“Koboy Marlboro mungkin?” Sotoy juga mulai menebak- nebak “Atau cerutu atau klobot atau malah kawung?”
“Ngaco..” Aku mulai menjudge tebakan Sotoy. “Sebenarnya aku mulai mengurangi intensitasku untuk mengebul. Yah akhirnya ngebul juga deh..Hehe. Ini dia!” Aku mulai mengeluarkan bungkus rokok dari dalam tasku.
“Apa!! Benar- benar pemikiran yang unik.” Sotoy dan Hi- Pat terkaget- kaget dan menunjukan ekspresi yang menurutku terlalu Hiperbola. Mendengar kelucuan mereka berdua Riject hanya bisa geleng- geleng kepala sambil tertawa dan mencaci mereka berdua dengan kata- kata bodoh!
“Ini dia..Rokok herbal.” Semuanya nampak sedikit menunjukan tampang yang mengejek.
“Gak masalah.. Itu rokok untuk para perokok yang ingin tobat. Memang ada masalah apa kau mau berhenti secepat itu Tong?” Riject pun bertanya padaku.
“Yah, bukan masalah ingin berhenti merokok sih. Ini bukan masalah kesehatan, ini masalah selera. Aku fikir aku adalah orang yang menikmati hidup diluar kotak. Kedengarannya sejenis Anti Mainstream.” Yah akhirnya akupun ngebul juga di batang rokok yang pertama.
Hmm.. Anti Mainstream? Kedengarannya unik. Mungkin bisa kugunakan untuk kata- kata dalam merayu wanita. Ada film baru bapak Riject?” Sotoy malah merusak keseriusan.
“Itu pernyataan retoris Toy. Mau Asia, Amerika, copy aja dilaptopku. Ngomong- ngomong gak nyambung dengan kata- kata Anti Mainstream itu. Bodoh.”
“Haha..ya sudahlah. Ini pembahasan rokok. Mau pembahasan yang lain. Kita harus ganti topik yang lain.” Akupun harus meluruskan topik kembali. “Baiklah aku luruskan topik, maka mari kita simpulkan pada satu persoalan. Siapa diantara kita yang paling impoten?”
“So?” Sotoy mengangkat kedua tangannya lagi.
Baiklah lihat dibungkus rokok kalian. Disitu terdapat kandungan nikotin yang kita bicarakan tadi kan..”
Semuanya mulai mencari kandungan nikotin di bungkus rokoknya masing- masing.
“ASU!” “Yah ASU!”
Ahahahahaha….” Aku dan Riject mulai tertawa puas.
Nampaknya Hi-Pat dan Mr. Sotoy terjebak pada bualanku. Hal itu karena tak lebih 4 atau 5 gram nikotin tinggal di sebatang rokok yang mereka hisap. Kandungan terbesar dalam sebuah sejarah perokokan. Sebenarnya bodoh, karena tidak ada jaminan orang impoten karena gram nikotin di dalam rokok lebih besar atau sebaliknya. Dan aku fikir, sepertinya Riject mulai tenang karena kandungan yang lebih kecil dibanding kretek dan ia pun dapat melanjutkan khayalannya untuk bercinta dengan wanita berbaju merah yang sudah 5 kali ganti lagu.
Pukul 21.30 WIB. Kami masih melanjutkan Obrolan Bar.

GuDab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar